PT Triputra Agro Persada Tbk adalah sebuah perusahaan agroindustri kelapa sawit dan karet yang berkantor pusat di Jakarta. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2022, perusahaan ini memiliki sejumlah kebun dan pabrik di Jambi, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.[2][3]

Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari 2005 dengan nama PT Alam Permata Indah. Pada bulan Maret 2005, nama perusahaan ini diubah menjadi seperti sekarang. Pada tahun 2005, perusahaan ini mengakuisisi tiga perusahaan perkebunan kelapa sawit, yakni PT Brahma Binabakti asal Jambi, PT Kedap Sayaaq Dua asal Kalimantan Timur, dan PT Gawi Bahandep Sawit Mekar asal Kalimantan Tengah. Pada tahun 2007, perusahaan ini mengakuisisi PT Mega Ika Khansa dan bekerja sama dengan PT Union Sampoerna untuk mendirikan PT Union Sampoerna Triputra Persada. Pada tahun 2008, perusahaan ini mengakuisisi PT First Lamandau Timber International, PT Hanamas Jaya Abadi, PT Sukses Karya Mandiri, PT Etam Bersama Lestari, PT Dwiwira Lestari Jaya, PT Yudha Wahana Abadi, dan PT Anugerah Agung Prima Abadi.

Pada tahun 2010, perusahaan ini mengakuisisi PT Hamparan Perkasa Mandiri dan PT Subur Abadi Wana Agung. Pada tahun 2011, perusahaan ini mengakuisisi PT Natura Pasific Nusantara dan mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit melalui PT Gawi Bahandep Sawit Mekar. Pada tahun 2012, PT First Lamandau Timber International juga mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Setahun kemudian, PT Muaratoyu Subur Lestari dan PT Yudha Wahana Abadi juga mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Pada tahun 2014, perusahaan ini mengakuisisi PT Kutim Agro Mandiri, PT Pradana Telen Agromas, dan PT General Aura Semari. PT Dwiwira Lestari Jaya juga mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Pada tahun 2017, perusahaan ini mendivestasi sebagian besar kebun kelapa sawitnya di Kalimantan Barat. PT Hamparan Perkasa Mandiri juga mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit.

Pada tahun 2018, perusahaan ini mendivestasi sisa kebun kelapa sawitnya di Kalimantan Barat. Pada tahun 2019, PT Natura Pasific Nusantara dan PT Sukses Karya Mandiri mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Pada tahun 2020, PT Anugerah Agung Prima Abadi mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Pada bulan April 2021, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada bulan Desember 2021, PT Gawi Bahandep Sawit Mekar mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit.[4] Pada bulan Mei 2022, PT Kedap Sayaaq Dua mulai mengoperasikan pabrik kelapa sawit. Pada bulan Juli 2022, perusahaan ini menggabungkan PT Hanamas Jaya Abadi ke dalam PT First Lamandau Timber International.[2][3]

JAKARTA - Satu lagi perusahaan dari Grup Triputra resmi mencatatkan sahamnya di papan perdagangan Bursa Efek Indonesia, yaitu PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) pada Senin 20 Desember kemarin.

Dharma Polimetal yang bergerak di sektor manufaktur ini menyusul sister company-nya yaitu PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang lebih dulu go public pada 12 April 2021.

Grup Triputra dimiliki oleh konglomerat Theodore Permadi (TP) Rachmat. Di bawah Grup Triputra, TP Rachmat yang merupakan keponakan pendiri Grup Astra yaitu William Soeryadjaya ini mengendalikan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, manufaktur, perdagangan dan jasa, pertambangan, dana pensiun, hingga yayasan.

Setidaknya satu perusahaan dari setiap lini bisnis di bawah payung Grup Triputra sudah melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia.

Perusahaan pertama milik TP Rachmat yang melantai di BEI adalah PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) yang IPO pada 12 November 2011. Saat itu, ASSA mengantongi dana segar senilai Rp530,40 miliar.

ASSA merupakan perusahaan solusi transportasi di Indonesia khususnya rental mobil. Setidaknya perseroan mengelola lebih dari 16.000 armada dan 2.800 sopir yang melayani lebih dari 1.000 perusahaan di Indonesia.

Berdasarkan laman resmi Grup Triputra, ASSA sudah melebarkan area layanannya ke seluruh kota-kota besar di Indonesia dengan mengoperasikan 44 jaringan dan lebih dari 690 outlet perbaikan kendaraan resmi.

Setahun berselang, perusahaan perkebunan di bawah Grup Triputra yaitu PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) menyusul menjadi perusahaan terbuka pada 14 Juni 2013 dengan nilai emisi Rp508,75 miliar.

DSNG bergerak di bidang industri, kehutanan, pertanian dan perkebunan, perdagangan, pengangkutan, pembangunan, serta jasa. Dua lini bisnis utama DSNG saat ini adalah industri kelapa sawit (CPO) dan industri produk kayu.

Selanjutnya PT Kirana Megatara Tbk (KMTR) listing di BEI pada 19 Juni 2017 dengan mengantongi dana senilai Rp527,82 miliar. Kirana Megatawa Group merupakan produsen karet dengan kapasitas produksi lebih dari 500.000 ton per tahun.

KMTR memiliki 15 pabrik pemproses karet di Sumatera dan Kalimantan. Selain karet, perseroan juga mengemabngkan usahanya ke lini komoditas seperti nasi, jagung, dan tapioka.

PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) Pada awal tahun ini, emiten kelapa sawit dari Grup Triputra menyusul IPO yaitu PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dengan perolehan dana segar Rp173,24 miliar.

Saat ini, TAPG memiliki area penanaman seluas 170.000 hektare dari 27 kebun. Segmen bisnis perseroan terbagi menjadi dua, yaitu minyak sawit dan inti kelapa sawit, serta karet. Per 30 September 2020, volume produksi Triputra Agro Persada termasuk entitasnya untuk TBS sekitar 1,8 juta ton, CPO sekitar 582.247 ton, dan PK sekitar 121.114 ton.

Perseroan juga memiliki 15 unit pabrik kelapa sawit dengan total kapasitas 845 ton per jam. Saham TAPG mengalami pelemahan 7,63 persen dalam 6 bulan terakhir dengan kapitalisasi pasar Rp12,01 triliun.

Setelah meramaikan lantai bursa dengan perusahaan perkebunan, Grup Triputra akhirnya memboyong IPO entitasnya yang bergerak di bidang manufaktur yaitu PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) pada akhir tahun ini dengan raihan dana Rp352,94 miliar.

DRMA memiliki bisnis di bidang manufaktur komponen otomotif. Saat ini perseroan tercatat sebagai produsen yang juga telah memiliki kemitraan dengan sejumlah pelanggan utama. Termasuk di dalamnya adalah kemitraan untuk menjadi suplier komponen resmi perusahaan-perusahaan produsen kendaraan dalam negeri.

Beberapa pelanggan perseroan adalah PT Astra Honda Motor, PT Kawasaki Motor Indonesia, PT Astra Daihatsu Motor, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Honda Prospect Motor, PT Suzuki Indomobil Motor, hingga PT Nissan Motor Indonesia.

Startup jual beli, OLX Group, dikabarkan mengambil langkah efisiensi terhadap kantor cabangnya di Indonesia, alias OLX Indonesia. Bahkan, perusahaan juga dikabarkan berniat untuk menjual bisnis otomotifnya.

Dilansir dari DealStreetAsia, perusahaan disebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 30% karyawannya atau tepatnya 300 dari total 1.000 pegawai yang ada. OLX Indonesia mengubah kebijakan jual-beli mobil bekas di platformnya dan perlahan-lahan akan mulai meninggalkan model bisnis ke konsumen (business to consumer/B2C).

Lantas, siapa sosok pemilik dari OLX Group?

Sosok pemilik OLX Group ialah Romain Voog. Dilansir dari laman resmi OLX Group, Sabtu (28/01/2023), ia menduduki posisi sebagai Chief Executive Officer (CEO) sejak 2021 lalu. Voog mengambil alih posisi CEO OLX dari Martin Scheepbouwer, yang pensiun dari kehidupan korporat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Voog merupakan lulusan master dari Ecole Centrale Paris. Ia memulai kariernya sebagai konsultan di Bain & Company. Karirnya pun kemudian berlanjut ke Boston Consulting Group (BCG).

Sebelum menjabat sebagai CEO OLX, ia menjabat sebagai Wakil Presiden Airbnb untuk Operasi Penjualan dan Geografi Seluruh Dunia. Pengalamannya dalam menangani konsumen dunia maya juga didukung oleh sederet pengalaman kepemimpinannya, di antaranya CEO Global Fashion Group dan Presiden Amazon Prancis.

OLX Group merupakan startup jual beli yang berdiri sejak 2006. Perusahaan ini berkantor pusat di Amsterdam, Belanda, dan telah beroperasi di lebih dari 30 negara di dunia. Salah satunya Indonesia.

OLX Indonesia telah ada sejak 2014 silam. Pada masa itu, OLX mengambil alih platform jual beli online Tokobagus. Tak lama berselang, perusahaan merger dengan berniaga.com

Pada masa itu, posisi CEO OLX Indonesia dipegang oleh Daniel Tumiwa. Lalu 2 tahun kemudian, Daniel mengundurkan diri dari posisinya dan digantikan oleh Olaf Van Schagen pada 2017.

Semakin memperbesar lini bisnisnya, pada 2020 silam, OLX Indonesia mencaplok startup jual beli mobil bekas,BeliMobilGue.co.id, yang kemudian berganti nama menjadi OLX Autos. Dan pada kala itu, CEO BeliMobilGue.co.id, Johnny Widodo ditunjuk menggantikan posisi Olaf sebagai CEO OLX, hingga 2022 kemarin.

Pada Januari 2022,Lamudi.co.id dikabarkan mencaplok unit bisnis properti milik OLX. Kondisi ini merupakan buntut dari akuisisi induk Lamudi Group, Emerging Markets Property Group (EMPG), yang melakukan merger dengan OLX Group pada 2020.

Simak Video 'OLX Dikabarkan Pangkas 300 Karyawan':

[Gambas:Video 20detik]